( Pertemuan ke 7 tgl 26
Agustus 2021 )
B. Bidang Pendidikan
Membicarakan pendidikan di Indonesia tidak bisa
dilepaskan dari pemikiran dan perjuangan K. H. Ahmad Dahlan. Mengapa demikian?,
Karena K. H. Ahmad Dahlan sang pendiri Muhammadiyah itu telah dikenal sebagai
peletak dasar pendidikan modern di Indoneia. K.H. Ahmad Dahlan telah memainkan
peran yang sangat penting dan strategis dalam melakukan modernisasi pendidikan
Islam di Indonesia.
Gagasan K. H. Ahmad Dahlan tentang pendidikan berawal
dari ketidakpuasan dirinya ketika melihat adanya dualisme sistem pendidikan,
yaitu sistem pendidikan Islam yang berbasis di pesantren-pesantren dan sistem
pendidikan sekuler (Barat) yang berbasis di sekolah-sekolah yang dikelola oleh
pemerintah kolonial Belanda. K.H. Ahmad Dahlan memandang kedua jenis pendidikan
tersebut dengan kaca mata tersendiri. Ia tidak cenderung kepada salah satunya,
tetapi melihat segi-segi posistif dari keduanya. K.H. Ahmad Dahlan memberikan
penilaian yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah
Belanda, tetapi tidak mengurangi nilai dan penghargaan yang utuh terhadap
ilmu-ilmu agama yang terdapat dalam lembaga-lembaga pendidikan pesantren.
Agaknya keinginan untuk mengompromikan segi-segi
positif dari kedua jenis pendidikan di atas itulah, di samping untuk mengatasi
kesenjangan yang terjadi dalam masyarakat, K.H. Ahmad Dahlan mencetuskan
ide-ide dan pemikirannya yang kemudian menjadi bagian dari sistem pendidikan
Muhammadiyah. Pemikiran tersebut bisa dilihat dari karya nyatanya di
lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah yang didirikannya. Model pendidikan
Muhammadiyah ini kemudian diadopsi dan dijadikan model sistem pendidikan
nasional.
Sekolah pertama yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan
adalah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah pada tanggal 11 Desember 1911 di
Kauman Yogyakarta. Sekolah pertama yang didirikan K.H. Ahmad Dahlan ini dibuka
di rumahnya dengan sistem Barat, memakai meja, kursi, dan papan tulis. Materi
pelajaran yang diberikan meliputi materi agama yang biasa diajarkan di
pesantren dan materi umum yang biasa diajarkan di sekolah Belanda. Munir
Mulkhan menyebutkan bahwa “sekolah tersebut dikelola secara modern dengan
metode dan kurikulum baru: antara lain diajarkan berbagai ilmu pengetahuan yang
berkembang pada awal abad 20,”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar